Minggu, 11 Maret 2012

U! *CopasNovel -Prolog

U! Prolog. 


Senja itu langit tampak kelabu, hujan turun rintik-rintik membasahi tiap sentimeter tanah di sekitarnya. 

Orang-orang berpakaian hitam mengelilingi peti cokelat muda berpelitur indah. Wajah mereka tampak sedih. Banyak di antara mereka meneteskan air mata. Bahkan ada yang menangis tersedu-sedu. 

“Semua yang berasal dari Dia...akan kembali kepada Dia...,” ujar seorang ustad penuh hikmat. Orang-orang itu mengangguk sedih. 

Tiba-tiba... 

Seorang anak berusia empat tahun berlari-lari kecil menyeruak kerumunan orang. Dengan cuek dia mencolek-colek orang-orang yang sedang bersedih itu. 

“Eh... eh... Kok semuanya pada nangis sih? Hujan nih...” 

Seorang ibu tersenyum, lalu mengelus kepala anak kecil itu. Kalau tega sih, sebenarnya anak itu pantas dicubit karena mengganggu khotbah ustad.. Tapi.. 

“Pa..Papa.. Mama mana?” Ujar anak itu lagi sambil berlari menghampiri papanya, menarik-narik ujung baju hitam pria itu tak sabaran. 

Laki-laki yang dipanggil “Papa” itu bernama Marcello. Ia memaksakan diri tersenyum pada gadis kecil disampingnya. Ia mengulurkan kedua tangannya, mengizinkan si anak naik dalam gendongannya. 

“Ify sayang... Mama... Mama pergi ke surga!” Ujar Papa Ify terbata-bata. Wanita di sebelah lelaki itu menitikkan air mata mendengarnya. 

Gadis kecil itu menatap ayahnya bingung. Kedua bola mata jernihnya membuat memandang papanya. 

“Surga itu dimana, Pa? Jauh, gak?” 

Lelaki itu menghela napas, menahan perasaan sedih dan harunya. “Jauh, Sayang!” 

“Jauh mana sama rumah Eyang?” Tanya gadis kecil itu lagi. Kebetulang eyangnya memang tinggal di Belanda. 

“Lebih jauh lagi...” 

Anak itu menghela napas kecewa. “Yaaaah...kalau gitu... Ify gak bisa ketemu Mama lagi dooong! Ketemu Eyang aja Ify gak pernah karena rumah Eyang jauh...” 

Papa Ify merasa sebutir air matanya menetes. 

“Mama jahat! Mama jahat! Ify sebel sama Mama... Huaaa...” 

Ify mulai menangis meraung-raung. Semua orang di situ memandang dengan prihatin. Dada mereka sesak. Sang Ayah berusaha menenangkan putrinya. 

“Ify... Jangan nangis dong, Sayang!” Papa Ify mengusap air mata yang mengalir deras di wajah mungil anaknya. “Bisa kok... Suatu hari nanti kamu bisa ketemu Mama lagi, Sayang!” 

Anak itu menengadah, memandang ayahnya penuh harap. “Bener, Pa?” 

“I... iya, Sayang!” 

Ify tersenyum. Wajahnya langsung berbinar-binar. “Nanti kita ke surga naik pesawat ya, Pa... Ify gak takut ketinggian kok!” Ujarnya dengan yakin sambil menepuk dada. 

Papa Ify menangis terharu, ia memeluk anaknya erat-erat. Orang-orang yang ada disitu hanya bisa menatap iba. 

Ify tersenyum senang. Ia memain-mainkan telinga papanya, lalu mulai mengantuk dan tertidur dalam gendongan papanya. 


*** 


Sebulan kemudian... 

“PAPAAA...” Ify berlari menyambut ayahnya yang baru saja pulang kantor. Ia membawa celengan berbentuk rumah-rumahan di tangan kanan dan sekantong plastik uang di tangan kirinya. 

“Pa.. Papa... Kita ke bank yuk... Ini Ify udah bongkar celengan... Ify mau nabung di bank!” Ujar Ify sambil menarik-narik tangan papanya. 

“Papa baru pulang, Sayang. Tunggu sebentar ya, papa istirahat dulu.” 

Ify cemberut. “Gak mau! Nanti keburu kurang...” 

Papa Ify bengong. “Hah, apanya yang kurang?” 

“Bonusnya,” ujar Ify yakin. 

Papa Ify makin mengerutkan dahi. 

“Begini loh, Pa..” Ujar Ify sambil naik ke pangkuan ayahnya. “Tadi Bu Guru bilang, kalau kita mau cepat kaya, kita harus rajin menabung. Trus, supaya aman nabungnya harus di bank. Apalagi kata Bu Guru, bank itu baik, ngasih bonus uang tambahan buat kita, jadi uang Ify bisa nambah banyak. Trus, bank juga suka bikin undian, katanya kalau menang Ify bisa kaya raya.” 

Papa Ify tersenyum mendengar celoteh anaknya. Ia mengambil kantong plastik berisi uang di tangan Ify. “Oooh gitu... Jadi semua uang Ify mau dimasukin ke bank?” 

“Iya!” Ify mengangguk senang. “Tenang aja, Pa, uangnya udah Ify namain kok tadi...” 

Papa Ify kontan bengong. “Dinamain?” 

“He-eh!” Angguknya cepat. “Habis Ify takut mbak-mbak penjaganya pikun... Ntar dia lupa, lagi, uang Ify yang mana...” 

Papa Ify langsung tertawa terbahak-bahak mendengar kepolosan Ify. Ify hanya bengong. 

“Kok Papa ketawa sih?” 

Papa Ify mati-matian menahan tawa. Ify melototi papanya. 

“Emmppt... Gak... Gak pa-pa! Oh ya, Ify memangnya mau jadi orang kaya, ya? Memangnya mau beli apa?” 

Ify langsung tersipu malu mendengar kata-kata ayahnya. 

“Ify mau beli pesawat!” 

Hah! Ayah Ify bengong. Jarang-jarang ada anak kecil punya cita-cita beli pesawat. Biasanya, anak kecil itu kalau ditanya mau beli apa, pasti bilangnya mau beli es krim, coklat, permen, boneka, tas, jepit rambut, buku cerita, dan lain-lain... Tapi kalau pesawat? 

“Pesawat?” Tanya papa Ify, mengulang kata-kata anaknya. Siapa tahu ia salah dengar. 

“Iya!” Jawab Ify yakin. “Kata Papa kan surga itu jauh, makanya Ify mau nabung, biar uang Ify banyak, trus bisa beli pesawat... Ify bisa ketemu Mama deh...” Ujar Ify dengan mata berbinar-binar. 

Ayah Ify langsung terduduk lemas di kursinya. Ia menatap Ify dengan sangat sedih. 


---- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar