Minggu, 11 Maret 2012

3 Menit Di Kuta (Cerpen)


---- 

Tittle: 3 Menit di Kuta 

Author: Rizky Annisa N. 

Cast: Mario Stevano Aditya Haling a.k.a Rio, Alyssa Saufika Umari a.k.a Ify, dll. 


••• 

Seorang gadis kecil sedang berlari-lari mengitari taman, terlihat ada seorang laki-laki kecil yang mengejarnya. “Ayo, Vano..Kejal Icha..,” ledek si gadis yang bernama Icha itu. 

Sementara, laki-laki kecil itu yang bernama Vano itu sudah terlihat kelelahan. “Ichaaa, Vano capek nih, Icha pake tenaga Kuda ya..Hosh..Hosh..,” 

Icha pun berhenti berlari, ia melihat Vano yang sedang terengah-engah tertunduk. Icha menhampiri Vano yang masih terengah-engah. 

“Vano capek, ya? Duduk dulu yuk,” ajak Icha kepada Vano. Vano menatap Icha sesaat, kemudian berjalan menuju pohon rindang didekat mereka. 

Icha mengeluarkan sapu tangan yang ada disakunya. “Vano, sini Icha lap-in keringetnya,” 

Vano mengangguk lalu menoleh ke arah Icha, Icha dengan lembut mengelap keringat yang bercucuran di kening Vano. 

“Vano, ayo kita pulang, kita beres-beres barang-barang kita, Sayang.” Panggil seorang wanita paruh baya yang berstatus sebagai Mama-nya Vano. 

“I..iy..iya..Ma, nanti Vano nyusul.” jawab Vano. Icha menatap Vano lirih. 

“Vano beneran mau ninggalin Icha? Yaah, Icha gak punya sepupu yang bisa diajak main lagi dong, Kak Alvin kan sekarang sibuk sekolah,” lirih Icha. Air mata-nya jatuh mengalir di kedua pipi putihnya. Vano merangkul Icha. 

“Icha gak boleh sedih, kan kapan-kapan kita masih bisa ketemu, kita kan sepupu. Vano pasti nemuin Icha lagi,” bujuk Vano pada Icha. Icha mengangguk dan tersenyum. 

“Vano janji kan sama Icha pasti kembali ke sini, di Bali?” Tanya Icha memastikan. Vano tersenyum dan mengajak Icha untuk melingkarkan Kelingking kecilnya tanda 'berjanji'. 

“Icha pegang janji Vano ya, Vano pasti bakalan kembali ke Bali, di Pantai itu..Kuta.” Ucap Vano lantang. Icha menangis terisak, ia masih tak bisa merelakan Vano pergi. Satu-satunya sepupu yang akrab dengannya hanya Vano. 

*** 

11 Tahun Kemudian. 

“Ify, ayo banguuun, kamu gak mau sekolah apa? Kakakmu sudah nunggu dari tadi,” suruh Mama Ify. Ify menutup wajahnya dengan gulingnya. 

“Ehm, Ma. Bentar lagi, Ify masih ngantuk niiih,” ucap Ify malas-malasan. 

Ya, setelah masuk SMP Icha atau Ify memilih untuk merubah nama panggilannya, karena menurut Ify sendiri, nama panggilan Icha sudah terlalu banyak yang punya. 

“Ayo, Sayang. Kakakmu mau berangkat kuliah tuh,” bujuk Mama Ify. Ify pun membuka selimutnya dan duduk di pinggir ranjang tidurnya. “Iya, Ma.” Jawab Ify malas-malasan. 

~ 

Alvin gemas menunggu Ify yang menurutnya sangat 'lelet' itu, “Py, ayo cepet! Telat nih,” teriak Alvin dari ruang tamu. 

“Hmm, bentar Kak..” Teriak Ify juga dari meja makan. 

Selang beberapa menit, Ify sudah berdiri disamping kakaknya, sungguh berbeda, Icha dan Ify. Icha yang dulu adalah Icha yang selalu manja, sekarang Ify sudah berubah, sedikit lebih mandiri. 

“Ayok, Kak..,” Ajak Ify. Alvin berdiri dan melangkahkan kakinya menuju mobil. 

Beberapa menit berlalu. Di dalam mobil tak ada pembicaraan serius. Alvin yang masih serius dengan jalan didepannya, dan Ify hanya bersenandung kecil. 

Setelah 15 menit di dalam mobil, Ify sampai disekolahnya. 

Ify segera berlari menuju kelasnya, takut-takut ada guru yang sudah ada di kelas. Beruntung sekali nasibnya kali ini, Pak Joe, guru Fisika belum masuk kedalam kelas. 

“Fuuh,” Ify menghela nafas perlahan. Seseorang menepuk pundaknya, ia terlonjak. 

“Woi,” kaget Orang itu. Ify menoleh spontan, dilihatnya wajah tanpa dosa dengan cengiran khas yang membuat pipi chubby yang merah itu tersenyum. 

“Ah, elo Vi.” Dengus Ify kesal. 

“Hehe, peace. Eh, udah tau belom, bakalan ada murid baru..COWOK,” pekik Sivia -sahabat ify- kegirangan. Ify geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya satu ini. 

“Bukannya lo naksir Kakak gue ya, Vi?” Sindir Ify. Sivia manyun. 

“Kan, buat selingan, Fy,” rajuk Sivia. Ify tertawa. 

“Hahaha, udah jelek tau lo gitu. Gak tau gue bakalan ada murid baru, sebodo aja,” ucap Ify santai. Sivia menggerutu. 

*** 

“Baiklah anak-anak, sebelum pelajaran dimulai, Bapak akan memperkenalkan siswa baru kita..Mario silahkan masuk,” perintah Pak Joe. Mario pun masuk kedalam kelas. 

Ify masih sibuk dengan bukunya, ia sibuk mencoret-coret kertas kosong yang ada dihadapannya. 

“Perkenalkan dirimu, Mario.” 

“Baik, Pak. Nama saya Mario Stevano Aditya, panggil saya Rio. Saya pindahan dari Jakarta.” Jelas Rio panjang lebar. Ify tersentak, 'Vano, Stevano? Ah bukan!' Elak Ify dalam hati. 

“Oke, Rio. Kamu duduk disebelah Ify ya, Sivia kamu pindah duduk dengan Shilla,” Sivia mengangguk dan membereskan buku-bukunya. Rio-pun berjalan menuju meja Ify. Ify masih menunduk. 

“Hey,” sapa Rio pada Ify. Ify mendongakkan wajahnya. 'Kok mata Rio sama kayak mata Vano ya?' Batin Ify bertanya-tanya. 

Rio melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Ify yang masih menatapnya heran. “Hello, are you okay?” Tanya Rio lagi. Ify tersentak, betapa bodoh dan memalukan dirinya saat ini. 

“Eh, em sorry, I'm okay. Hi, I'm Ify.” Sapa Ify dengan senyuman manisnya. 

“Biasa aja, dah tau nama gue kan? Ntar temenin gue dong keliling sekolah ini,” pinta Rio pada Ify. Ify mengangguk dan tersenyum. 

~ 

Banyak anak perempuan mengerumuni meja Ify dan Rio. “Rio..Rio boleh tau alamat kamu gak?”, “Rio boleh minta nomer hape kamu ga?” Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dilontarkan oleh teman-teman Ify. Ify memutuskan untuk keluar dari kerumunan yang membuatnya sesak nafas itu. 

“Yo, gue tunggu di depan kelas aja deh, sesek nih.” Kata Ify lalu berlalu pergi. Rio mengernyitkan dahinya. 

“Eh, sorry temen-temen, gue dah janji sama Ify, ntar lagi ya,” ucap Rio lalu menyelonong pergi meninggalkan kerumunan yang kecewa karna ditinggal ia pergi. 

*** 

Semakin hari, Rio dan Ify semakin dekat. Bahkan Ify sendiri tersentak saat Rio mengutarakan perasaan-nya. 

Ify benar-benar bahagia. Ternyata cinta-nya tak bertepuk sebelah tangan. 

Sebenarnya, kedekatan Rio dan Ify ini memang terlalu singkat, tetapi apalah arti kedekatan jika sudah ada perasaan yang tumbuh seiring kedekatan mereka. 

Rio berjalan sedikit gontai, entah ia merasa lemas di sekujur tubuhnya. Wajahnya benar-benar pucat. 

Rio meletakkan tas-nya diatas meja, ia melihat bangku Ify, tadi ia dan Ify tak berangkat bareng, karena Ify sedang ada tugas OSIS. 

Rio menelungkupkan wajahnya di tangannya. Ify yang baru masuk ke dalam kelas pun menatap aneh kepada Rio. 

“Yo,” panggil Ify sembari mengelus rambut Rio. “Kamu kenapa?” Tanya Ify sehalus mungkin. 

Rio mendongakkan wajahnya, ia menatap Ify wajah pucatnya semakin terlihat oleh Ify. Ify memegang kedua pipi Rio. “Kamu pucet, Yo. Ke UKS yuk?” Ajak Ify. Rio menggeleng. 

“Gak usah, Fy. Aku cuma kecapean aja,” jawab Rio diiringi senyum getirnya. Ify menghela nafas berat. “Yaudah, terserah kamu,” Ify pasrah dengan permintaan Rio. 

“Fy,” panggil Rio sembari memutar tubuhnya menghadap ke arah Ify. Ify pun menoleh, “apa?” 

“Pulang ini, ke Kuta yuk?” Ajak Rio pada Ify. Ify mengernyitkan dahinya. Aneh sekali, Rio meminta untuk pergi ke Kuta. Kembali ia teringat dengan Vano. Sepupunya itu. 

Ify mengangguk. “Okedeh,” 

~ 

Ify mengedarkan pandangannya. Melihat keindahan pantai ini, 'Vano, maaf ya. Aku kesini bukan dengan kamu, tetapi dengan pacar aku, aku harap kamu mengerti ya' batin Ify. 

Rio menatap lekukan wajah Ify. Sama seperti Ify, ia juga membatin. 'Icha, aku kembali ke sini. Dimana kamu sekarang, aku rindu denganmu. Aku udah nepatin janji aku, Cha' batin Rio. 

*** 

Malam ini Rio sudah siap dengan pakaian-nya yang cukup rapi. Dengan Kemeja kotak-kotak biru dan celana jeans yang membuat ia tampak lebih tampan dan keren. 

Ia begitu semangat, bagaimana tidak. Ia akan menemui sepupunya! Icha. Orang yang ia benar-benar rindukan. 

“Ayo, Rio. Nanti mereka menunggu lama,” panggil Papa Rio. Rio menggulung lengan jasnya hingga ke-sikutnya lalu berlari menuju mobil. 

Tak berbeda dengan Rio. Ify/Icha juga seperti itu. Ia sudah tampak rapi dengan dress berwarna putih selutut. Hari ini memang keluarganya akan ada acara kumpul-kumpul bersama, dan mengadakan Barbeque-an. 

~ 

Rio yang memang belum pernah mengantar Ify hingga ke depan rumahnya pun tak tahu jikalau Ify adalah Icha. 

Acara kali ini, diadakan dirumah Ify. Ify tersenyum melihat keluarga besarnya yang datang. Ia juga senang saat melihat Om Zeth dan Tante Manda yang tak lain adalah Mamanya Vano. 

“Tanteeeee” pekik Ify sembari memeluk tantenya. “Apa kabar tante, Icha kangen banget sama Tante dan Om,” ucap Ify dalam pelukan Tante Manda. 

“Hehe, kabar kami baik. Eh, gak mau ketemu Vano nih?” Ify sontak melepaskan pelukannya. Ia mengangguk semangat, betapa rindunya ia dengan Vano. 

“Mana, Vano Tante?” Tanya Ify pada Tantenya. 

Tante Manda tersenyum, “Vano lagi di depan, ngobrol sama Papa kamu, susulin gih.” 

Ify pun berjalan dengan riang layaknya anak kecil mendapatkan permen dan balon. 

Saat melongokkan kepalanya keluar, betapa terkejutnya dia. 'Rio..Rio lagi..lagi bicara sama Papa, I..itu ar..artinya.. Va..Vano I..itu.. Ri..o..' Batin Ify terbata. Matanya mulai berair. Ia segera memutar kembali tubuhnya, dan Ups. 

Ia menabrak Kak Alvin yang sedang membawa nampan Sirup dengan wajah yang tertekuk. PRAAANG. 

“IPPPPYYYYYY!” Teriak Alvin. Ify masih menunduk. 

“Maaf Kak,” ujar Ify lalu berlari menuju ke kamarnya. Air mata terus mengalir di kedua pipi putihnya. 

Di lain tempat, Rio dan Papa Ify mengobrol. 

“Eh, apa itu?” Tanya Papa Ify pada Rio. Rio hanya mengendikkan bahunya. “Gak tahu, Om.” 

'Eh, tadi siapa? Ify? Kok ada Ify disini?' Batin Rio bertanya. 

“Yaudah, kita liat dulu. Kamu juga belum ketemu Icha kan?” 

Saat Papa Ify dan Rio masuk kedalam ruangan keluarga, terlihat Alvin yang menggerutu karena Ify. 

“Woi, Bro.” Sapa Rio pada Alvin. Alvin mendongakkan kepalanya. “Hei, Bro. Apa kabar lo, dah lama gak ketemu!” Sapa Alvin kembali. 

“ALVIIIN beresin dulu ituuuu!” Pekik Mama Ify. Alvin mendengus kesal. 

“Iya, Maaaaaaa” jawab Alvin. “Huh, ntar aja deh, Bro kita ngobrol-nya, gara-gara Icha nih,” gerutu Alvin. Rio terkekeh. 

Dikamar Ify. 

“Arrrrgh, kenapa Vano harus Rio sih, kenapa aku bisa pacaran sama sepupu sendiri. Cerobohnya akuuuuu,” gerutu Ify. 

“Biar bagaimanapun, aku sama Rio itu sepupuan, gak boleh ada ikatan apapun kecuali sepupu. Apapun yang terjadi aku harus mutusin Rio!” Tekat Ify. Ia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan berlari turun menuju ruangan keluarga. 

“VANO!” Pekik Ify saat ia melihat Rio. Rio tersentak. 'Ify kok bisa tau nama panggilan gue pas masih kecil sih? Eh, kok dia bisa disini?' Batin Rio bertanya-tanya. 

“Vano, ikut gue..,” ajak Ify dan menarik tangan Rio menuju ke taman belakang. 

“Eh..eh, Fy..,” 

“Udah tar aja, ada yang mau gue jelasin!” Potong Ify cepat. Semua orang yang melihat Ify dan Rio saling tarik-tarikan hanya bisa geleng-geleng kepala. 

~ 

“Yo,” panggil Ify lirih. Rio menoleh, ia masih tak mengerti dengan tujuan Ify. “Kita putus ya,” ucap Ify spontan, yang membuat Rio tersentak. 

“Apa, Fy? Kenapa? Kok tiba-tiba kamu mutusin aku?” Tanya Rio tak percaya. Ify terbelalak. 

“Yo, apa kamu masih belum tahu? Masih belum sadar?” 

“Apa sih, Fy? Kamu gak bisa mutusin aku secara sepihak, dan tanpa alasan seperti ini?” Rio mulai tak bisa mengatur emosinya. Ify hanya bisa menunduk, nyalinya ciut ketika melihat Rio yang seperti ini. 

“APA KAMU BELUM SADAR KALAU AKU INI ICHA? HAH?” Bentak Ify pada Rio. Rio terkejut. 

“Gak, gak mungkin kamu Icha. Kamu itu Ify! Pacar aku!” Jawab Rio. 

“Gimana aku bisa tau kamu Vano?” Ucap Ify lirih. Ia juga masih tak bisa terima. Rio yang notabene-nya adalah cinta pertamanya, yang bisa membuat dirinya merasakan cinta harus menyakitinya dengan kenyataan pahit. “Kamu harus percaya sama aku, Yo. Aku Icha.” Lirih Ify. Rio menggeleng. 

“Kalo gitu, aku bakalan ngomong ke orang tua kita kalo kita sebenarnya pacaran!” Usul Rio. Ify terbelalak. 

“Gak! Aku gak mau, kita udah putus. Semuanya selesai, yang ada saat ini hanya hubungan antara sepupu!” Bentak Ify juga. 

“Fy, aku gak mau, Fy. Aku sayang sama kamu,” lirih Rio. Ify menangis. Ia juga tak bisa terima dengan keputusan ini. 

“Aku juga sayang sama kamu, Yo. Tapi ini kenyataan, kenyataan yang harus kita terima. Kamu pasti bisa kok. Anggep aja kita masih yang dulu, Icha sama Vano yang sepupuan.” Ucap Ify dengan sedikit senyuman getir. Lalu berdiri meninggalkan Rio yang masih diam tanpa bicara sedikitpun. 

*** 

Ify menghela nafas berat. Apa ia harus duduk dengan Rio atau pindah tempat duduk. Sebenarnya ia sendiri masih sakit dengan keputusannya sendiri. Andai ia bisa memilih, ia pasti memilih untuk tak memiliki hubungan darah dengan Rio. 

Ify mengarahkan pandangan matanya ke arah pintu kelasnya, dan ia melihat Rio yang berjalan ke arahnya. Ify sudah bertekad untuk menjauhi Rio, sampai Rio sendiri bisa menerima kenyataan kalau Ify adalah Icha, yang tak lain adalah sepupunya. 

“Pagi, Ify..,” sapa Rio. Ify hanya tersenyum tipis. Rio menghela nafas berat. 

“Fy, aku masih belum bisa untuk nganggep kamu Icha.” Lirih Rio tertunduk. Ada rasa yang mendorong Ify untuk mengelus puncak kepala laki-laki itu, tapi ia urungkan. Ify menepuk-nepuk pundak Rio. 

“Kamu pasti bisa, Van, anggep aku sebagai Icha. Kalo kamu gak bisa, aku jauhin kamu dulu deh, sampe kamu bener-bener bisa anggep aku Icha,” saran Ify. Rio terbelalak. 

“Gak, Fy. Aku gak mau kalo harus jauh dari orang yang aku sayang,” ucap Rio sembari mengacak-acak rambutnya. Kepalanya pusing. 

“Ka..kamu pasti bisa, Van. A..aku yakin ko..k..,” ucap Ify sedikit terbata karna ia menahan tangisnya, tak tega dengan keadaan Rio. Wajah Rio sedikit pucat. 

~ 

*dicepetin ya* 

Sudah 1 minggu Rio tak masuk sekolah. Ify semakin khawatir. Sebenarnya sejak wajah Rio pucat-pun Ify sudah khawatir, tapi Ify tetap menahan dirinya untuk tak menemui Rio. 

Ify benar-benar uring-uringan, Sivia sendiri yang melihatnya jadi risih. “Kenapa sih lo, Fy?” Tanya Sivia. 

“Lo tau gak, Rio kemana? Udah satu minggu nih dia gak masuk,” 

“Lah? Lo kan ceweknya, masa' gak tau?” 

“Iiih udah putus tauuu, keterangan di absen apaan?” 

“Sakit nih, suratnya masih ada,” jawab Via. Ify mengangguk. 

“Yaudah, thanks Vi, ntar gue jengukin dia deh.” Kata Ify. 

*** 

Kepanikan di wajah Ify semakin terlihat jelas, betapa bodohnya dia. Dia sendiri baru tahu bahwa Rio koma dirumah sakit sudah 4 Hari. 

Ify mengemudikan mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan. 

Akhirnya, Ify tiba di rumah sakit. Buru-buru ia berlari-an menuju kamar tempat Rio di rawat. 

Ia sedikit terduduk lemas saat mengetahui Rio masih koma. Rio menderita gagal ginjal, “Om dan Tante sudah mencoba mendonorkan ginjal kami, tapi tak ada yang cocok.” Lirih Tante Manda. Ify menangis, tanpa isakan. 

“Kondisi ginjal Kanan Rio juga sudah melemah, dan tak memungkinkan dirinya untuk hidup dengan satu ginjal,” jelas Om Zeth -Papa Rio-. 

“Sud..sudah se..sejak ka..pan Rio sakit seperti ini, Om?” Tanya Ify yang masih menangis. 

“Om dan Tante sendiri tidak tahu, bahkan kami baru tahu. Rio menyembunyikan penyakit ini dari kami.” Lirih Om Zeth. 

“A..apa Ify bisa menemui Rio?” Tanya Ify. 

“Silahkan, Fy.” Ucap Tante Manda. 

~ 

“Yoo, kamu jahat. Kenapa kamu gak pernah kasih tau kalo kamu sakit yo? Plis kamu bangun,” ucap Ify. Airmatanya terus mengalir, bahkan hingga deras. 

“Rioo, banguuun, bangun demi aku yo, kamu jangan kecewain aku dan yang lainnya, Yo..,” air mata Ify menetes tepat di punggung tangan Rio. Ntah, ini yang dimaksud dengan keajaiban cinta atau mukjizat Allah, atau semacamnya. 

Jari tangan Rio bergerak. “Rio, kamu bangun, Yo? Kamu sadar? Om, Tanteeee Rio udah sadaaaar.” Ucap Ify senang. 

“I..if..Ify..,” panggil Rio. Ify menghapus air matanya. 

“Aku disini, Yo. Kamu apa kabar? Aku kangen sama kamu, Yo.” Dokter pun masuk ke dalam ruangan. Ify sedikit tersenyum melihat kondisi Rio. 

Setelah beberapa menit dokter memeriksa kondisi Rio,dokter itu keluar dengan raut wajah yang datar. “Kondisi Rio sedikit membaik,ia harus segera mendapatkan donor ginjal,atau..” 

“Dokter, jangan bilang kalau...gak, Dok! Rio gak mungkin!” Potong Ify cepat. Dokter hanya menghela nafas berat. 

“Jangan buat Rio kecapek'an, kondisi-nya bisa drop jika dia kecape'an. Permisi.” Ify menangis sepeninggal dokter itu pergi. 

Ify melangkahkan kaki-nya menuju ruang rawat Rio. Dilihatnya Rio sedang terbaring lemah, Ify tak pernah membayangkan dulu jika Vano bisa seperti ini. 

“Cha, Om dan Tante pulang dulu sebentar, kamu bisa jagain Rio kan?” Tanya Mama Manda pada Ify. Ify mengangguk lalu tersenyum. 

“Rioooo,” pekik Ify lalu memeluk Rio. Rio tersenyum, sepupunya yang sekaligus mantan kekasihnya ini masih sama seperti dahulu, manja dan bawel. “Kok kamu tidurnya lama banget sih!” Gerutu Ify. Rio tersenyum tipis. 

“A..aku capek, Fy..,” jawab Rio. Ify membelalakkan matanya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir segala fikiran negative-nya. 

“Fy, kamu mau menuhin permintaan terakhir aku, ga?” Tanya Rio. Ify terdiam. 

“Fy..?” Panggil Rio lagi. 

“Eh, em iya, Yo. Kamu gak boleh ngomong gitu, ah. Kamu minta sama aku apa yang kamu mau, selagi itu gak aneh!” Ucap Ify. 

“Aku mau ke Kuta, sekarang. Aku mau nepatin janji aku waktu itu,” Ify tercengang. 

“Eh, I..itu, eh gausah ntar kalo kamu udah sembuh aja ya?” Bujuk Ify. 

Rio menggeleng kuat. “Gak mau, katanya kamu mau penuhin permintaan aku. Ini gak aneh kok, Fy. Please?” Mohon Rio. Apa daya, Ify memang tak pernah bisa menolak permintaan Rio sejak Rio masih kecil hingga sekarang. 

~ 

“Cha, aku nepatin janji aku kan untuk kembali kesini, di Pantai Kuta ini,” ucap Rio sembari tersenyum menatap Ify yang sedang mengelus pundaknya. 

“I..iya, Van,” jawab Ify terbata. 

“Fy, aku sayang sama kamu. Aku mau sekarang kita jadi Rio-Ify, Rio yang cinta sama Ify dan Ify yang cinta sama Rio. Bukan Vano dan Icha yang sepupuan.” Tutur Rio. Ify mengangkat alisnya, tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Rio. 

“Fy, untuk terakhir kalinya, untuk permintaan terakhir aku. Aku mau kamu peluk aku, Fy.” Ify yang mendengar permintaan itu langsung menubruk tubuh tegap Rio yang berdiri lemas disebelah kursi rodanya. 

“Yo, kamu jangan bilang kayak gitu. Aku gak mau kamu pergi. Kamu bertahan ya, Yo.” Mohon Ify. Rio hanya tersenyum, tapi senyuman itu tak dapat dilihat oleh Ify. 

“Kita gak mungkin bersatu, Yo. Tapi kita masih bisa menjadi sahabat bukan?” Tanya Ify. Rio mengangguk. 

Rio mengeratkan pelukannya, Ify merasa sesak, tapi ia biarkan saja. 

Perlahan, pelukan Rio mengendur. Tangannya terjuntai lemas. Ify-pun panik. “Yo, Rio..Rio? RIOOOO BANGUN YOOO!!!!” Pekik Ify saat ia melihat Rio telah menutup mata. 

Ify mengerti maksud Rio, Kuta dan 3 Menit mereka berdua disini. 

-END- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar