Minggu, 11 Maret 2012

Tulus (Cerpen)

---- 

Ketika dirimu ada didekatku 
Hangat cinta yang kurasakan darimu 
Tak tahan inginku 
Mencurahkan semua padamu 

---- 


Rasa ini kembali hadir. Rasa yang menggelitik hati, membuat segalanya berubah. Perasaan aneh yang semakin hari membuatku bingung. Ada rasa ingin memeluk, rasa ingin terus memandang, dan juga ada rasa aneh yang menyakitkan ketika aku melihatnya dengan yang lain. Entah, apa inilah yang dinamakan cinta? 


Apakah benar, benar ini cinta yang sesungguhnya? Tuhan tolong,jangan biarkan rasa itu hadir dalam hidupku. Aku tak mau harus menangis karna-nya. Tetapi, apakah benar tentang opini orang-orang yang pernah merasakan 'cinta' kalau sebenarnya cinta itu tak terlalu menyakitkan, ada juga rasa bangga karna telah bisa merasakan rasa tersebut. Oh tuhan, tapi aku rasa...perasaanku jatuh kepada orang yang salah. Kenapa? 


Kupandangi wajah laki-laki yang selalu membuatku 'dag dig dug' ini. Yang selalu membuat rasa aneh itu menggelitik dihatiku. Wajahnya yang dipenuhi peluh keringat, setelah bermain basket dibawah terik matahari membuatnya semakin tampan dimataku. Ah.., tak seharusnya aku seperti ini. Aku salah! Aku tak boleh memiliki rasa ini. Rasa ini salah! aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mengusir segala harapan kosong itu. Ah, andai ia tahu, apakah perasaan ini akan berbalas? 



"Hei, kenapa? Kok geleng-geleng sih?" Tanyanya padaku. Aku tersentak. 


"Eh, eng, enggak kok. Gak papa hehe." Elakku cepat. 


"Lo kok aneh sih? Tumben banget.., biasanya enggak gini deh?" Curiganya padaku. Aku mendelik. Maksudnya apa nih? Ada yang salah denganku? Apa..apa karna aku sedang jatuh cinta dengannya, dan..ada efek perubahan dari rasa itu. 


"Aneh dari mananya sih, Yo?" Tanyaku heran. 


"Ya itutuh, lebih banyak diem. Biasanya juga bawel," ucapnya. Aku terdiam. Ia menatapku, dan mengangkat sebelah alisnya. Aku mencoba membalas tatapannya. 


---- 

Kasih kuingin kau tahu segalanya 
S'lama ini yang ada dalam jiwaku 
Meski kutahu semua takkan terbalas, olehmu 

----- 


"Lo kenapa sih, Fy? Cerita sama gue?" Tatapannya yang begitu hangat, suaranya yang begitu halus, dan sentuhan tangannya yang tepat memegang kedua pipiku, menimbulkan semburat merah di pipiku. 


Aku menunduk,melepaskan kedua tangannya dari kedua pipiku. Ntah, aku tiba-tiba teringat.., ia sudah ada yang memiliki. Sudah ada yang memiliki hatinya. Air mataku turun meluruh bersamaan dengan harapan,dan kesedihan yang jelas ada didalam hatiku. Sakit. Tak dapat kupungkiri, sakit jauh lebih sakit saat kita memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan. Ya Tuhan, ini rasanya jatuh cinta dengan pacar orang lain. 


"Hei, kok nangis sih, Fy?" Tiba-tiba ia mengangkat dagu-ku. aku rasa ia berhak tau, tentang perasaan ini. Ntah, aku merasa sebaiknya seperti itu, daripada 'memendam perasaan'layaknya orang-orang yang 'bertepuk sebelah tangan' 


"A..ap..apa.. A..aku sa..lah.. ja..ja..tuh cin..ta.. sa...sama ka..kamu?" Ucapku tertunduk. Ia tersentak. Mungkinkah setelah aku mengatakan ini, ia akan menjauhiku. Arrgh, bodohnya aku. 


"Gue juga cinta sama lo, Fy." Ucapnya singkat, kemudian menatap langit-langit yang biru dengan awan-awan yang disana. Aku menatapnya, jujur, aku ingin tahu, apakah itu tulus dari hatinya atau..ia hanya ingin tak membuatku sakit hati. 


"Lo..lo serius, Yo?" Tanyaku gugup. Ia mengangguk sekilas dan berdiri, berjalan dan mengambil bola basket yang tergeletak ditengah lapangan. 


---- 

Karna engkau t'lah jadi miliknya 
Tak sepantasnya diriku merenggutmu dari cintanya 
Biarkanlah menjadi kenangan 
Yang indah dan takkan pernah kulupa 'tuk selamanya 

---- 


Buru-buru kutepiskan pertanyaan bodoh itu. Seakan aku berharap ia menjadi seseoran yang spesial untukku. Tapi, tanpa ia sadari pun, ia sudah menjadi yang terindah, menjadi yang sangat spesial dihatiku. The King Of My Heart. "Eh, eng, engga gitu maksud gue. Gue gak maksud buat ngerusak hubungan lo dengan Shilla." Ucapku lirih. Shilla, gadis yang dapat merebut hatinya, memiliki hatinya. Seandainya aku cepat menyadari perasaan ini, mungkin, aku juga lah yang menjadi The Queen Of His Heart. 


Ia menatapku, tajam..tetapi begitu hangat. Ia menghampiriku, dengan bola basket dipeluknya dengan tangan kiri. "Ify.., jujur, gue seneng lo bilang gini. Ternyata lo ngebales juga perasaan gue. Asal lo tau, gue sayang sama lo sebelum gue sayang sama Shilla. Dulu, gue fikir cinta gue 'bertepuk sebelah tangan', lo gak peka sama perasaan gue. Tapi, sekarang...? Lo terlambat, Fy." 


Airmataku menetes kembali. Aku terlambat, lirihku dalam hati. "Gue tau itu, Yo. Semoga lo bahagia sama Shilla. Gue gak pernah berharap lo jadi milik gue kok. Gue gak pantes ngerebut elo dari orang yang jauh lebih baik dari gue. Ini kenangan terindah buat gue, ngedenger lo ngebales perasaan gue." 


Aku berdiri, berusaha untuk meninggalkanya dengan si kulit bundar berwarna oranye itu. Aku ingin menenangkan perasaanku, perasaan yang tak seharusnya ada. 


---- 

Satu hal yang kupinta dari dirimu 
Jangan kau katakan, kepada dirinya 
Ku tak ingin hatin cemburu 
Karna diriku, yang juga mencintaimu 

---- 


"Gue minta maaf, Fy. Semoga ini gak ngebuat persahabatan kita hancur." Ucapnya sebelum aku benar-benar meninggalkan lapangan basket itu. Aku menoleh, dan tersenyum. 


"Pasti, Yo." Jawabku. 


"Oke, Fy. Semoga lo bisa cari yang lebih baik dari gue ya. Terima kasih lo pernah cinta sama gue." 


Aku tersenyum. Senyum antara bahagia, dan perih. "Yah, gue juga terima kasih ke elo. Makasih udah mau bales perasaan gue. Meskipun, gue gak bisa milikin elo." Aku tertunduk. Hufft, rasanya benar-benar menyakitkan.., harus mengubur perasaan ini dalam-dalam. Melupakan perasaannya. 


Rio menghampiriku, memegang kedua pundakku, mengangkat daguku agar ia dapat melihat mataku. "Jangan nangis lagi ya, Fy." Ucapnya sembari tersenyum,dan menghapus titik-titik air mataku dengan ibu jarinya. 


Aku tersenyum. "Oh iya, Yo. Mmm, gue mohon sama lo, jangan sampe Shilla tau soal ini. Rasanya bener-benr sakit ,Yo kalo orang yang disayanginnya jatuh cinta sama orang lain. Apalagi, itu sahabatnya. Gue gak mau Shilla kecewa sama lo. Dia terlalu baik, Yo." Pintaku padanya. 


Rio mengangguk. "Apa, lo gak minta gue buat jadiin lo pacar gue?" DEG. Pertanyaan yang benar-benar aku hindari. 


---- 

Sesungguhnya, cintaku padamu 
Tulus tanpa memaksa dirimu untuk membalasnya 

---- 


Aku menatap matanya, dalam. Ingin sekali aku memilikinya, tapi rasanya aku begitu egois. Bagaimana dengan Shilla? Bagaimana dengan hatinya? 


"Gak, Yo. Gue tulus sayang sama lo. Gue gak mau egois, gue gak mau karna keegoisan gue ada yang terluka gara-gara gue. Gue gak maksa elo juga buat bales perasaan gue.." Ucapku dengan tersenyum. Senyum getir, menahan perih. 


Ia menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut. "Gak salah gue sayang sama lo, maafin gue, gue gak bisa bales perasaan lo. Perlu lo tau, gue juga sayang sama lo." Ucap Rio lalu memelukku. Aku harap, ini bukan yang terakhir, tapi itu semua mustahil. 


Tuhan, terima kasih kau telah menghadirkan perasaan ini, aku bisa merasakan rasa yang begitu luar biasa. Aku takkan pernah menyesal telah merasakan rasa yang kau berikan kepadaku. 

---- 

Dan biarlah ku simpan perasaan ini 
Menutup hatiku pada cinta yang lain 
Bila akhirnya ku temukan cinta sepertimu 
Mungkin ku bisa lanjutkan hidupku 

Tak pernah aku sesali 
Saat aku mulai jatuh cinta 
Tak akan ku ingkari 
Sumpah mati ‘kan selalu ada disampingmu 

Dan biarlah ku simpan perasaan ini 
Menutup hatiku pada cinta yang lain 
Bila akhirnya ku temukan cinta sepertimu
 


END. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar